Jun 5, 2015

EAR[57]+[58]+[59] - The Kiriks - Kisah Jalan Jaksa, Theo Nugraha - Remix Project, & Fault Age - EP (2015)

Sebelumnya perkenankan kami memohon maaf kepada anda sekalian. Kami lalai. Kami melupakan tugas pokok kami untuk melepaskan anak-anak rohani dari para pelahirnya. Permintaan maaf ini khususnya kami sampaikan kepada orang tua-orang tua dari anak-anak tersebut yang sudah rela, sabar menunggu, pelepasan anak-anaknya yang dititipkannya kepada kami. Selain itu kali ini kami akan memaparkan hal baru pada bagan catatan pengantar ini. Kami akan melampirkan catatan rapat pembahasan karya-karya yang akan kami rilis malam ini. Peserta rapat tersebut merupakan karyawan-karyawan dari satuan Kuratorial dan Persiapan Perilisan Karya PT. Ear Alert Records. Catatan rapat tersebut melibatkan Nonim, sebagai notulen, lalu Ibar sebagai pimpinan sidang, kemudian Harianto dan Lala sebagai peserta rapat. Catatan rapat persiapan perilisan karya tersebut adalah sebagai berikut:

PT Ear Alert Records
Rapat Persiapan Perilisan Karya
Kamis, 4 Juni 2015
19.05-22.25

Peserta rapat memasuki ruang sidang. Dimulai dari Ibar sebagai pemimpin sidang, kemudian Harianto dan Lala, menempati kursi-kursi yang telah disediakan. Rapat dimulai oleh Ibar selaku pemimpin sidang.



Ibar (I): Selamat malam semuanya. Perkenankan saya, Ibar, untuk memulai rapat persiapan perilisan karya malam hari ini. Sebelumnya, saya akan memaparkan agenda rapat kita kali ini. Malam ini kita akan membahas alasan-alasan perilisan, terkait diloloskannya beberapa karya oleh Direktur Utama PT Ear Alert Records, yakni bapak Margono. Terdapat tiga karya yang diloloskan oleh Dirut, yakni  The Kiriks, dengan judul karya Kisah Jalan Jaksa. Kemudian, Theo Nugraha, dengan judul karya Remix Project. Yang terakhir, Fault Age dengan judul karya EP saja. Hmm, Fault Age... baru kali ini saya dengar gaung namanya, juga musiknya, semalam. Padahal mereka ini dari Yogyakarta loh.

Lala (L): Hah?? Fault Age? Dari Jogja? Kamu yakin mereka dari Jogja? Tahu dari mana kamu?

I: Pada bagian deskripsi dari karya mereka, disebutkan bahwa salah satu lagu mereka, 'Hide In The Light' direkam dengan metode home recording di Jogjakarta.

L: Hmm, bisa saja mereka hanya merekam lagu itu di Jogja. Siapa tahu kalau mereka sebenarnya bukan dari Jogja? But, anyway, aku suka dengan apa yang mereka buat. Balutan nadanya begitu sederhana dan langsung, tidak berputar-putar, juga menenangkan. Mungkin memang kita yang kurang gaul, sampai-sampai kita tidak tahu keberadaan mereka, kalau mereka benar-benar dari Jogja hahaha. Kalian sependapat?

I: Ya, saya sependapat. Keringanan pancarannya membuat saya jadi teringat dengan band-band seperti Efek Rumah Kaca atau Polyester Embassy. Ada kedalaman dari keringanan tersebut. Betul kamu, memang kita ini kurang gaul ha ha ha.

Harianto (H): Setuju! Apalagi sebetulnya karya ini sudah dibuat dari tahun lalu, kalau kita lihat pada ai di tri tek berkas karyanya. Kemarin kan juga saking sibuknya pak Dirut jadi terlambat membuka surel-surel yang masuk ke kotak masuk surel resmi kantor kita. Eh, saya nyalain rokok ya?

I: Silahkan saja, pak Har. Begitu saya terima kiriman berkas-berkasnya dari pak Dirut, kemudian saya dengarkan musiknya, saya langsung setuju kalau mereka layak di Ear Alert-kan he he he.

L:  Iya. Ngomong-ngomong kita tidak sadar ya, kalau seharusnya sampul albumnya diperbarui. Di sini masih tertulis The Feels Trip, bukan Fault Age.

I: Iya Lal, tapi ya sudahlah. Itu juga kesalahan kita sebagai pihak yang lama sekali lalai menunaikan tugas pokok Ear Alert. Yang penting makna Ear Alert sebenarnya, yang diamanatkan lewat kata 'Download and Enjoy' bisa benar-benar terlaksana. Supaya musik mereka betul-betul diunduh berkasnya, dan didengarkan bunyinya, tidak hanya direpost atau diretweet saja ha ha ha.

H: Betul bung, kita selama ini memang endak tahu... orang-orang yang kita mensyen itu betul-betul memahami rikues kita untuk melaksanaken donlot en enjoi atau endak... tapi setahu saya, ketika saya turba kemarin, banyak dari mereka memang mengunduh dan mendengarkannya sih he he he.

I: Ya ya, semoga memang benar begitu lah. Eh, kita beralih ke karya-karya selanjutnya ya sudara-sudara? Karya dari The Kiriks, Kisah Jalan Jaksa.... satu dari banyak yang karyanya selalu dilepaskan lewat label kita he he he.


H: Memang menarik ya The Kiriks ini. Beliau ini selalu konsisten dengan bunyi rekaman-rekaman lapangan yang diolah ulang seperti ini ya. Tidak jelas, tapi alertable! ha ha ha.

L: Iya mas Har, dan selalu ada dinamikanya. Karya terbarunya kali ini menyentuhkan, benar-benar menyentuhkan, yang aku lihat, suatu tabrakan lembut antara tabuhan rebana dan nyanyian doa dengan semburan morat-marit bunyi elektronik yang terasa sekali, rasa fruity loopsnya...

H: Tapi kadang-kadang saya agak merasa bosan. Dengan potensi yang dapat kita atau saya liat dari Dani... endak tahu orang lain liat apa endak he he he.... kok dia nggak pengen ya nyoba mbikin terobosan lain dari saun-saun lou fai yang dia terapken ini. Cobak dibikin agak bersih sedikit gitu lho, saya penasaran, pengen liat visi dari karya atau anak rohaninya ini dengan pancaran yang lebih jelas!

I: Kalau membicarakan visi, saya jadi berpikir seperti lukisan abstrak saja ya bunyi-bunyiannya ini ha ha ha. Ada kejelasan yang menari di balik sembur-semburan, blepot-blepotan, cakar-cakaran, warna atau sentuhan lain yang dia terapkan pada rekaman lapangannya.

L: Ah, dramatis sekali memang bang Ibar ini hi hi hi!

I: Alah, kaya kamu enggak saja Lal ha ha ha. Ehm. Bicara soal unsur abstrak karya, sepertinya ada benang merahnya juga dengan karya Theo Nugraha ini. Bagaimana ya menuturkanya... hmm... buntu saya. Begitulah.

L: Iya bang, aku juga sependapat denganmu. Memang, karyanya banyak, tapi kok seperti angin lalu saja ya. Nggak paham aku gimana caranya menceritakan kembali bunyi-bunyianya ke dalam kata. Hm.

H: Ngeliat sampul albumnya pun saya kurang tertarek he he he.... endak tahu saya apa yang dipikirken sama si bos Dirut kita saat memutusken untuk meloloskan karya ini he he he.... uhuk-uhuk! Ehm! Eh, tapi kalian perhatikan tidak trek yang judulnya 'Lolongan Hutan'? Asik juga lho itu! Bagian penghujung akhir dari trek tersebut samar-samar terdengar seperti ada nyanyian orang Dayak. Me-nye-ram-kan!

I: Iya bung. Saya juga sudah mendengarkan track tersebut, sependapat saya dengan bung, dalam hal track 'Lolongan Hutan' tersebut. Namun secara garis besar, saya tidak merasakan sesuatu yang 'wah' dari anak-anak rohaninya ini. Seperti terlewat masturbatif saja. Ya bung tahu sendiri lah, kalau dalam sehari kita meracap lebih dari tiga kali itu pasti akibatnya tidak baik ha ha ha....

L: Iya aku setuju sama bang Ibar! Bukan soal meracapnya lho tapi! hi hi hi.

H: E... e... e... ndak boleh gitu kalian.... Theo ini... sepengetahuan saya, merupakan salah satu pemuda yang menjadi pelopor dalam aktifitas produksi bebunyian bising nan abstrak ini. Usaha yang Theo lakukan, sepembacaan saya, membangkitkan teman-temannya seperti Jeliwan Tok Hudoq, Jeritan, dan Sabrina untuk melakukan aktifitas yang sama. Maksud saya, yang lebih hebatnya lagi, aktifitas produksi suara bising yang mulai ramai di Samarinda itu telah membangun sebuah ruang 'eskapisme' untuk pemuda-pemudi Samarinda, yang saya rasa kebutuhannya akan 'eskapisme' yang seperti ini juga, endak jauh beda dengan pemuda-pemudi yang ada di sini lho...

L: Kalau soal itu... aku setuju dengan kamu mas Har. Benar juga mas. Kalau aku ingat-ingat juga, aku pernah menyaksikan secara langsung Theo memainkan set noisenya. Menarik lho. Tampak dia itu memang betul-betul niat. Dia punya kemauan untuk merakit alat produksi bunyinya sendiri, dengan hasil suara yang oke.

I: Hm. Betul juga. Saya setuju dengan hal-hal yang kalian paparkan. Tetapi, menurut saya, memang tetap perlu menjadi catatan bahwa dalam hal produksi bunyi yang dikristalisasikan menjadi sebuah rilisan... belum ada sesuatu apapun yang merogoh pikiran dan hati saya, untuk bisa menceritakan kembali banyak hal, dari hasil kristalisasi tersebut. Mungkin hal itu tidak penting juga dari sisi pembuat karya. Namun, hal tersebut adalah hal yang cukup penting untuk orang seperti saya. Cuman seorang pencerita he he he. Tapi, memang paparan-paparan kalian itu membuat hati saya terketuk juga. Bahwa, tugas pokok ke-EARALERT-an merupakan sesuatu yang seharusnya lebih dikedepankan.... hm.. ha ha...

H: He he he.... ya begitu lah.

L: Oke! Berarti sudah oke semua nih ya tiga rilisan yang dimandatkan oleh pak Dirut? Ha ha ha, gimana bang Ib? Perutku sudah keroncongan nih! Aku lupa beli makan malam tadi! Ha ha ha.


I: Hahaha, iya deh iya. Kalau begitu sudah terpapar semua ya, alasan-alasan kenapa kita meloloskan dan melepaskan karya-karya tersebut di label kita. Bagaimana bung Har? Puas?

H: Puas bung! He he he...

I: Baik! Kalau begitu, Nonim, tolong itu notulensi kamu simpan baik-baik ya. Nanti tolong kamu olah seperti biasanya, dalam bentuk tulisan seperti biasanya, untuk kemudian dipublikasikan berbarengan dengan publikasi karya-karya yang sudah kita bahas tadi.

Nonim (N): Baik pak, saya mengerti.

I: Terima kasih Non! Kamu memang selalu bisa diandalkan, he he he. Baik, terima kasih saya ucapkan pada sudara-sudara sekalian yang sudah mau meluangkan waktu untuk hadir dalam rapat persiapan perilisan karya kita malam hari ini! Selamat malam! Sampai berjumpa di rapat selanjutnya! Download and Enjoy!

L: Download and Enjoy!

H: Donlot en enjoi!

*****

Bagaimana pendengar sekalian? Begitulah kira-kira suasana rapat persiapan perilisan karya yang dilakukan oleh Ear Alert Records selama ini. Dengan paparan di atas anda sekalian juga tahu bahwa amanat dari pak Ibar untuk mengolah catatan rapat tersebut tidak saya gubris. Sebagai seorang Nonim, seorang pengendali publikasi yang misterius, saya ingin sekali-sekali mencoba hal baru dalam pentas publikasi rilisan ini. Saya tidak tahu apakah saya akan kena hukuman atas percobaan saya ini. Setahu saya rekan-rekan kerja saya itu merupakan orang-orang yang punya pemikiran terbuka, begitu juga dengan pak Dirut. Tanpa pamrih, selalu setia, untuk menerima dan terus membagi. Sambil bersuara, terus bersuara.... DOWNLOAD AND ENJOY!

The Kiriks wordpress
Fault Age twitter
Theo Nugraha soundcloud

1 comment: